Keputusan Singapura untuk memberikan sanksi kepada Promsvyazbank, pemberi pinjaman milik negara di balik penerbit stablecoin rubel A7A5, terganggu ketika A7A5 secara hukum muncul sebagai sponsor di Token2049. Konferensi tersebut, yang diselenggarakan oleh entitas terdaftar di Hong Kong, memungkinkan penerbit yang disanksi tersebut melewati pembatasan keuangan Singapura.
Mantan Direktur Kebijakan Crypto Gedung Putih Bo Hines, yang kini bergabung dengan Tether, naik ke panggung untuk memuji inovasi kepatuhan regulasi USDT. Pernyataannya menyoroti minat industri yang semakin meningkat terhadap infrastruktur stablecoin, meskipun ketegangan geopolitik semakin intens.
Harga Bitcoin naik di atas $125.000 di tengah permintaan safe-haven yang didorong oleh penutupan pemerintah AS dan arus masuk ETF yang berkelanjutan. Kontroversi stablecoin rubel menambah masalah kepatuhan bagi sponsor dan regulator, mengungkap celah dalam penegakan sanksi keuangan lintas yurisdiksi.
Keberadaan A7A5 mendorong beberapa merek besar untuk menyatakan kekhawatiran tentang risiko reputasi. Penyelenggara menghapus A7A5 dari daftar sponsor publik, namun catatan arsip mengonfirmasi inklusi awal penerbit tersebut. Para ahli hukum mencatat bahwa rezim sanksi Hong Kong berbeda dengan Singapura, memberikan kelonggaran yang lebih luas untuk acara lintas batas.
Pergerakan pasar di Asia mencerminkan reaksi campuran: bitcoin dan ether tetap stabil, sementara beberapa saham regional turun karena kekhawatiran kepatuhan. Insiden ini memicu seruan untuk pedoman yang lebih jelas mengenai sponsorship stablecoin dan koordinasi regulasi lintas batas guna mencegah kegagalan serupa pada acara mendatang.
Pengamat industri memperingatkan bahwa seiring finansialisasi token yang terus mengglobal, risiko penghindaran sanksi akan memerlukan penyelarasan kebijakan yang lebih ketat di antara pusat keuangan utama. Penyelenggara Token2049 telah berjanji untuk meningkatkan uji tuntas pada edisi mendatang, menandakan bahwa era promosi token lintas batas tanpa batas mungkin akan menghadapi pembatasan baru.
Komentar (0)